B. Kali ini ayat 63 – 77 surah al-Furqan
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah s.w.t telah menerangkan 12 ciri-ciri yang ada pada Ibadurrahman. Walaupun pada hakikatnya semua mahkhluk yang dijadikan Allah s.w.t merupakan hambaNya, namun hamba-hamba yang terpilih mempunyai ciri-ciri khusus sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut:-
1. Tawadhu' (Rendah Hati)
Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, "(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati" [63]
Inilah sifat pertama 'Ibaadurrahman, yaitu mereka berjalan di atas bumi dengan tunduk dan merendahkan diri, tidak dibuat-buat, tidak sombong atau pun bangga diri. Tetapi mereka berjalan dengan penuh tawadhu’ serta keinsafan.
Mereka mengetahui betul wasiat Luqman kepada anaknya sebagaimana dinyatakan Allah s.w.t yang bermaksud, "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan." (QS.Luqman:19). Maksudnya adalah bersederhana saja dalam semua urusan, tidak berlebihan atau keterlaluan sekali.
'Ibaadurrahman berjalan di pelosok bumi untuk mencari rizki dan tuntutan hidup dengan penuh kelembutan dalam batasan-batasan yang diperkenankan Allah s.w.t kepada mereka, tidak rakus, tamak, menyia-nyiakan kewajiban, melakukan hal-hal yang diharamkan atau pun membazir. Tidak muncul dari mereka sikap keras, melecehkan, sombong, berbangga-bangga dan berbesar diri. Mereka tidak berbuat kerosakan di mukabumi, mencari ketinggian, lebih mendahulukan keuntungan duniawi yang fana, tidak berusaha semata hanya untuk mengumpulkan harta dan bersenang-senang dengan kenikmatan kehidupan duniawi.
Mereka juga rendah hati terhadap Allah s.w.t tidak angkuh dan sombong. Mereka mendengar firman Allah s.w.t, artinya, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, kerana sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung."
2. Lemah Lembut
Iaitu sebagaimana firman-Nya, bermaksud, "Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." [63]
Ini merupakan sifat ke dua 'Ibaadurrahman, iaitu bila orang-orang jahil mengucapkan ucapan yang buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama tetapi memaafkan, tidak berkata kecuali yang baik, mereka tidak terpancing oleh kejahilan orang tersebut, tetapi menahan lisan dan emosi mereka.
Mereka memangkas jalan fitnah dan keburukan yang ingin dilakukan orang-orang jahil itu, memadamkan 'kobaran' kejahatan pertama yang andaikata dibalas dengan tindakan yang sama, pastilah apinya akan semakin menyala sehingga bisa menimbulkan perang besar dan kejahatan. Menurut mereka, keberanian bukanlah ditampakkan dengan bentuk badan yang kuat, berotot, dan mampu menang dalam pertarungan, tetapi
keberanian yang hakiki adalah menahan diri ketika marah.
Yang menjadi panutan mereka dalam hal ini adalah Nabi mereka, Saiyidina Muhammad s.a.w yang merupakan manusia paling lemah lembut. Salah satu contohnya, "Ketika ada seorang Arab Badwi yang datang kepada Rasulullah s.a.w dan berkata kasar, lalu kaum Muslimin marah dan ingin memberinya pelajaran, namun hal itu dicegah oleh Baginda. Baginda membalas sikap kasar itu dengan kasih sayang dan lemah lembut." (Hadits Muttafaqun 'alaih)
3. Melakukan Qiyamullail
Sebagaimana firman-Nya yang bermaksud, "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka." [64] Allah s.w.t menyebut para hamba-Nya sebagai orang yang mencintai malam hari dengan melakukan ibadah. Mereka bangun saat orang-orang sedang terlelap tidur, waspada saat orang-orang lengah, sibuk mengadap Rabb mereka, menggantungkan jiwa dan anggota badan mereka kepada-Nya. Saat orang-orang terlena dan merasa mantap dengan kehidupan duniawi, mereka justeru menginginkan 'Arsy ar-Rahman sebab mereka mengetahui bahawa ibadah di kegelapan malam dapat menjauhkan mereka dari sifat riya' dan minta dipuji. Ibadah di malam hari juga membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwa serta penerangan bagi penglihatan mereka.
Saat berdiri di hadapan Allah s.w.t dan mengarahkan wajah mereka kepada-Nya, mereka merasakan kelazatan dan kebahagiaan yang tiada tara serta kenikmatan yang tidak terkira. Tiada lagi rasa manis setelah manisnya beribadah kepada Allah s.w.t, bermesra, dan berhubung dengan-Nya. Melakukan Qiyamullail merupakan sifat asli 'Ibaadurrahman. Allah s.w.t menyebut mereka dengan sifat itu dalam banyak ayat dan menganjurkan para Nabi-Nya untuk melakukan hal itu.
Rasulullah s.a.w bersabda, "Hendak-lah kamu melakukan Qiyamullail sebab ia adalah tradisi orang-orang salih sebelum kamu, bentuk pendekatan kepada Rabb kamu, penghenti dosa, penebus dosa-dosa kecil dan pengusir penyakit dari badan." (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi yang dinilai Hasan oleh Syaikh al-Albani)
4. Takut Api Neraka
Sebagaimana firman-Nya yang bermaksud, "Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasan yang kekal."[65] Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." [66]
Sekalipun 'Ibaadurrahman sangat taat dan hati mereka dipenuhi dengan ketakwaan namun mereka selalu merasa amalan dan ibadah mereka masih kurang. Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasa aman dari api neraka bila saja tidak mendapatkan curahan kurnia dan rahmat-Nya yang dengannya mereka terhindar dari azab Jahannam. Kerana itu, mereka selalu kelihatan takut, cemas dan khawatir dengan azab Jahannam.
Mereka selalu memohon kepada Allah agar Dia menghindarkan mereka dari azab Jahannam seluruhnya, baik azab yang dirasakan penghuni abadinya atau pun penghuni sementaranya. Inilah sifat setiap Mukmin yang bersungguh-sungguh dalam berbuat taat dan takut akan azab Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang lain, "Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya. Karena sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya)." (QS. Al-Ma'arij: 27, 28)
5. Ekonomis Dalam Pengeluaran, tidak Bermewahan dan Tidak Boros
Sebagaimana firman-Nya, yang bermaksud, "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." [67]
'Ibaadurrahman bukanlah orang-orang yang membazir, membelanjakan harta melewati batas keperluan sebab mereka mengetahui benar bahawa boros akan merosak jiwa dan harta. Orang-orang yang membazir adalah saudara-saudara syaitan. Syaitan selalu menyuruh berbuat keji dan munkar. Mereka juga mengetahui bahawa mereka bertanggungjawab di hadapan Allah swt terhadap harta mereka; dari mana mereka perolehi dan kepada siapa mereka infakkan.
Mereka juga tidak pernah kikir terhadap diri sendiri dan keluarga mereka, dalam ertikata memberikan hak mereka dan tidak berinfaq untuk hal yang telah diwajibkan Allah swt, sebab mereka mengetahui bahwa Allah swt telah mencela kekikiran dan sifat bakhil. Jiwa nan suci menilai buruk sifat bakhil dan menghindari pelakunya.
Metode berinfaq 'Ibaadurrahman adalah sederhana dan pertengahan, antara bakhil dan boros. Mereka berada di puncak pertengahan antara boros dan bakhil. Mereka meletakkan ayat Allah swt berikut di hadapan mata mereka yang bermaksud, "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu menghulurkannya kerana itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra':29)
Yakni janganlah kamu bakhil, sehingga tidak mahu memberi sesuatu kepada siapa pun dan janganlah pula boros dalam mengeluarkan harta, sehingga memberi di atas kemampuanmu dan mengeluarkannya melebihi pendapatanmu.
6. Ikhlas Beribadah Karena Allah swt
Sebagaimana firman-Nya, "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah." [68]
Di antara sifat 'Ibaadurrahman, mereka tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah swt, sebab mereka mengimani bahawa hanya Allah swt semata yang dapat memberikan manfaat dan menolak mudarat. Tidak seorang pun di dunia ini, baik ia seorang raja yang disanjung, nabi yang diutus atau pun hamba yang salih yang mampu memberikan manfa'at untuk dirinya atau pun menolak mudarat darinya, apalagi untuk membantu orang lain. Kerana itu, mereka tidak pernah menyekutukan sesuatu pun beserta Allah, baik dalam berdo'a atau bentuk-bentuk ibadah lainnya.
Mereka mengetahui benar, bahawa tiada Khaliq, tiada Pemberi rezeki, tiada yang dapat menghidupkan dan mematikan, tiada yang dapat menyembuhkan, dan tiada yang dapat mengelola alam semesta ini selain Allah swt. Mereka mengetahui benar bahawa andaikata seluruh manusia dan jin bergabung untuk memberikan manfaat kepada seseorang, maka mereka tidak dapat melakukannya kecuali sesuatu yang telah dicatatkan Allah swt untuknya dan andaikata mereka bergabung untuk menimpakan
bahaya kepada seseorang, maka mereka tidak dapat melakukannya kecuali sesuatu yang telah dicatatkan Allah swt terhadapnya.
7. Tidak Melakukan Pembunuhan
Sebagaimana firman-Nya, "Dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar.[68]"
Sifat ke tujuh 'Ibaadurrahman adalah mereka tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk membunuhnya sekali pun ada dorongan untuk itu kecuali dengan alasan yang benar, yang diperintahkan Allah swt atau diizinkan-Nya seperti hukuman Hudud, Qisas atau perang untuk meninggikan kalimat Allah. Sebab mereka mengetahui bahawa membunuh jiwa tanpa alasan yang benar merupakan salah satu dosa besar yang pelakunya mendapatkan ancaman dari Allah swt dengan siksaan yang sangat pedih.
FirmanNya lagi yang bermaksud, "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya." (QS. An-Nisa': 93)
Nabi saw menegaskan hukuman terhadap pembunuhan jiwa seorang mukmin dengan sengaja saat bersabda, "Setiap dosa, semoga saja diampuni Allah kecuali orang yang mati dalam keadaan Musyrik atau membunuh seorang Mukmin dengan sengaja." (HR. Abu Daud, dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albani).
Rasulullah saw bersabda, "Sungguh, lenyapnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada dibunuhnya seorang Mukmin dengan tanpa haq (alasan yang tidak benar)." (HR.Ibnu Majah, dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albani)
8. Menjauhi Perbuatan Zina
Sebagaimana firman-Nya, "Dan tidak berzina [68]"
Di antara sifat 'Ibaadurrahman adalah tidak melakukan zina dan selalu menjaga kemaluan mereka dari setiap perbuatan yang mengundang murka Rabb sebab mereka mengetahui benar bahawa zina merupakan dosa yang besar.
'Ibaadurrahman telah memenuhi panggilan Rabb mereka yang berbunyi, "Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra': 32)
Mereka pun tunduk dengan hal itu, iaitu berhenti melakukan perbuatan yang dilarang tersebut. Mereka adalah seperti yang disebutkan sifatnya oleh Allah swt, "Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orag-orang yang melampaui batas." (QS.al-Mu'minun: 5-7)
Bila mereka melakukan salah satu dari tiga perbuatan maksiat ini (syirik, membunuh atau berzina), kerana kelemahan mereka sebagai manusia, mereka segera kembali kepada Rabb mereka dengan penuh rasa penyesalan, meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat itu dan melakukan amal salih yang diredhai Allah swt. (QS. Al-Furqan: 68-70).
9. Menjauhi Penyaksian Palsu
Sebagaimana dalam firman-Nya, "Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. [72]"
Sesungguhnya 'Ibaadurrahman tidak memberikan persaksian palsu sebab tindakan itu menghilangkan hak-hak, membantu perbuatan zalim dan mengubah arah kebenaran. Mereka juga selalu menghindar dari suatu majlis yang memaparkan kepalsuan dengan segala jenis dan warnanya sebab mereka merasa tinggi hati sehingga tidak mungkin menghadiri majlis-majlis seperti itu.
Mereka menyedari betul bahawa persaksian palsu merupakan jenis dusta yang serius, amat buruk dan berakibat fatal. Sangat besar bahayanya bagi seluruh masyarakat kerana perbuatan itu menjungkirbalikkan fakta dan membantu kezaliman.
Karena itulah, Nabi saw memperingatkan darinya berulang kali serta menilainya sebagai salah satu dosa besar. Baginda bersabda, "Mahukah aku beritahukan kepada kamu mengenai dosa yang paling besar?" (Baginda mengulangi tiga kali). Kami berkata, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua." Baginda ketika itu bertelekan lalu duduk seraya bersabda lagi, "Jauhilah perkataan palsu dan persaksian palsu." Baginda terus mengulang-ulangnya hingga kami sampai berkata, "Semoga saja Baginda diam." (Muttafaqun 'alaih).
10. Tidak Mengerjakan Perbuatan-Perbuatan yang Tidak Berfaedah
Sebagaimana firman-Nya, ertinya, "Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya." [72]
Sifat 'Ibaadurrahman lainnya adalah tidak mahu berlama-lama berdiri dengan ucapan dan perbuatan yang tidak berfaedah, tidak menyibukkan diri dan mengotorinya dengan mendengarkan hal itu. Mereka justeru memuliakannya dengan cara tidak mendengar, melihat, dan ikut serta dalam hal itu.
Mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Mereka sangat memperhatikan usia dan waktu, sehingga mereka merasa bersalah jika waktu itu hilang secara percuma tanpa dimanfa'atkan untuk mendapatkan pahala di sisi Rabb.
11. Memenuhi Perintah Allah swt
Sebagaimana firman-Nya, ertinya, "Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapi nya sebagai orang-orang yang tuli dan buta." [73]
Bila diperingatkan dan diberi nasihat, mereka bersikap responsif dan mengambil pelajaran. Hati mereka sangat terbuka terhadap ayat-ayat Allah swt, menerimanya dengan pemahaman dan menjadikannya sebagai pelajaran. Bila datang kepada mereka perintah Allah dan Rasul-Nya, mereka cepat-cepat melaksanakannya dan menyatakan ketundukan dengan bersimpuh sujud kepada Allah swt seraya berdzikir, bertasbih memuji-Nya dan tidak menyombong-kan diri. (QS. As-Sajdah: 15-16)
Mereka tidaklah seperti orang yang bila diperingatkan dengan ayat-ayat Allah lantas berpaling dan tidak memberikan perhatian, mendengarkan dan melihatnya untuk kepentingan dirinya. Bahkan justeru menyibukkan dirinya tersebut dengan urusan-urusan duniawi, kenikmatan dan hawa nafsu. Golongan seperti ini, Allah swt sebutkan sifatnya dalam firman-Nya yang bermaksud, "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Rabbnya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang dikerjakan oleh kedua tangannya. Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya." (QS. Al-Kahfi: 57)
12. Mendo'akan Kebaikan bagi Keluarga dan Keturunan
Sebagaimana firman-Nya yang bermaksud, "Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." [74]
'Ibaadurrahman tidak merasa cukup hanya dengan diam seraya bersujud dan melakukan qiyamullail serta memiliki semua sifat-sifat terdahulu. Mereka bahkan selalu memohon kepada Rabb agar dianugerahi keturunan yang berjalan sesuai dengan cara hidup mereka, memiliki pasangan setaraf mereka, sehingga membuat mata mereka sejuk, hati mereka me-rasa tenang dan jumlah 'Ibaadurrahman bertambah. Mereka juga mengharapkan Rabb menganugerahkan takwa kepada mereka dan menjadikan mereka para pemimpin yang dipanuti dalam berbuat kebajikan. Mereka memohon kepada Rabb sesuatu yang paling berkesan di dalam kehidupan di dunia ini iaitu isteri dan keturunan serta memohon tingkatan keimanan paling tinggi yang dapat mempersiapkan mereka meraih bilik-bilik nan tinggi di surga yang penuh kenikmatan, yaitu tingkatan 'takwa.